‘Penderitaan adalah guru
pembimibng yg baik untuk mencapai sebuah mimpi besar sesuai dengan firman Allah
dalam Alqur’an surat Alam Nasyrah ayat 5 & 6 sebagai berikut : “ Karena
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”(Qs.94:5)
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan”(Qs.94:6)
“Apakah kau sudah kau pikir betul,hendak
kemana anakmu sekolah? Kenapa tidak disini saja,sekolah dekat rumah,dekat
dengan dirimu,dengan keluarga,kau juga bisa mengawasinya siang malam.....”
demikian kata abang sulungku.
Abang sulungku yg sekarang sudah menjadi
seorang ustadz menanyakan hal yg pelik pada kami berdua sebagai ayah dan ibu.
Padahal kami merasa baru saja belajar menjadi orang tua bagi anak remaja. Kami
berdua sangat mengagumi abang sulung kami. Abang sulungku benar-benar
menggantikan sekali peran aya ketika ibu menjanda dan hanya menjual pakaian
muslim saja dipasara Tanah Abang. Aku ingat betapa kerasnya Ayah terhadap
abang. Abang sempat menangis-nangis mengatakan abang benci pada didikan ayah yg
tidak adil dan nampak keras. Rupanya ayah punya firasat,bahwa beliau meninggal
dunia terlebih dahulu dari ibu. Maka ibu dan kami anak-anaknya akan diurus oleh
abang yg memang ketika pulang kerumah kami,menjadi begitu dewasa dan sangat
mengayomi.
Aku ingat ketika usiaku 15 tahun (abangku
beda 4 tahun dengan diriku),abang dikirim ayah ke sekolah yg sangat jauh, aku
tak tahu pastinya, di Sudan kalau tidak salah atau di Etopia,atau Jordania ?
aku tak ingat dan juga tak paham karena hidupku hanya sekolah,main dan membantu
ibu didapur. Aku tidak begitu perhatikan abang sekolah dimana, tapi aku ingat
abang membawa koper yg berat,dengan wajah berlinangan airmata. Dimata abang,
ayahku sangat kejam karena memisahkan dirinya dari ibu yg dicintainya.pada hari
itu terlihat lama abang dan ibu berpelukan dan dipisahkan oleh ayah yg
diam-diam juga menangis.
Abang boleh pulang setahun sekali. Haaahh,,,
setahun sekali? Waktu yg tidak singkat apalagi sekolah abang sangat jauh dan
tidak ada sambal,tidak ada krupuk. Mengingat krupuk,aku segera membungkuskan
emping kedalam plastik diam-diam aku masukkan kedalam ransel abang. Abang hanya
melihat sambil kemudian memelukku sekilas,kata abang,”bantu ibu yaa,kamu yg
paling besar,”aku tambah menangis,karena wajah abang semin merah padam,belum
pernah aku melihat abang seperti itu.
Singkat cerita,akhirnya aku mendapatkan surat
dari abang yg ternyata betapa tidak enak tempatnya. Abang ternyata tinggal di
Syria,ditempatkan dirumah kawan ayah,kawan ayah semasa kuliah. Abang bilang
kalau hidupnya menderita ,tidak ada televisi,tidak cukup waktu tidur,tidak bisa
bermain,dan yg paling tidak tahannya adalah jauh dari ibu,jauh dari kasur yg
empuk,jauh dari kamar yg beratap bambu,dan jauh dari masakan ibu. Kata abang,
setiap hari abang harus berjalan kaki sekurang-kurangnya 15 menit dan hanya
membawa bekal berupa roti yg agak keras. Selain itu abang sekolah dengan bahasa
yg tidak dimengerti. Terkadang abang kesal dengan ayah,mengapa ayah sekejam ini
mendidik anak,tidak ada kawan,tidak dimengerti bahasanya dan juga tidak ada
makanan yg enak.
Perubahan haripun membuat abang bingung. Di
Syria, tempat abang tinggal saat itu,kalau masuk sekolah hari ahad,karena jumat
dan sabtu libur dan zaman dulu tidak ada telepon. Abangpun mungkin karena betah
atau dibetah-betahkan,mengirim surat jarang-jarang,bila abang kirim surat ,maka
surat tersebut akan dikirim berulang-ulang. Ibu akan langsung membalas surat
tersebut dan memposkannya cepat-cepat. Bahkan sampai pernah loh,ibu lupa menyiapkan
makan malam karena asyik sekali menulis surat. Namun , ayah ku lihat diam saja,
dan malah membantu ibu untuk menyiapkan makanan, hhmmm kata siapa ayah galak???
Akupun juga suka menulis surat walau abang
jarang membalas. Aku katakan bahwa ayah sekarang rajin sekali shalat
malam,pasti ayah merindukan abang. Sampai akhirnya ayah sakit dan abang tetap
tidak pulang. Walau janjinya boleh pulang setahun sekali,namun abang melarang
ayah mengirimkan uang untuk biaya pulang karena biaya perjalanan ke Indonesia
ke Syria sangat mahal. Abang mengatakan biar abang lulus kuliah dulu baru akan
pulang. Genap sudah 5 tahun disana sampai akhirnya abang pulang dengan wajah
marah sebab ayah sudah meninggal dunia baru saja dimakamkan seminggu yg lalu.
Abang marah sekali pada kami sekeluarga
kenapa tidak memberitahu abang walaupun sedang ujian. Abang diam saja selama
seminggu, dan kemudian dengan bujuk rayu ibu serta melihat wajah ibu yg semakin
tua dan lemah,abangpun memaafkan kami.abang segera mengambil alih semua pekerjaan
ayah,termasuk merawat kebun nanas dan kebun sawit,juga mengurus tanaman-tanaman
hias,selain mengelola peternakan. Jujur saja, abang nampak sangat piawai
mengelola semua itu,sehingga sekarang kami sudah punya rumah yang sangat besar
dan semua adik-adiknya sekolah sampai kuliah, bahkan ada yg mengambil S2.
Abang memang luar biasa,hebat dan struggle. Selain mengurus semua
peternakan dan perkebunan, abang juga diminta menjadi imam masjid di kampung
kami,mengingat kuliahnya dalam bidang syari’ah di Syria begitu berharga untuk
diterapkan pada masyarakat dikampung kami.” Aku tidak mau,anak-anakmu menderita
seperti diriku dik,” sergah abang lagi. Kata-kata itu mengagetkan dan membuat
kami termenung lama.
“Sangat menderita berpisah jauh dari orang
tua,aku sudah mengalaminya, dan aku tidak mau itu terjadi pada anakku. Aku
berharap kamu berpikir panjangdan pertimbangkanlah kata-kataku ini,”demikian
abang berkata dalam-dalam.
Akh,kataku dalam hati,”abang kan jadi hebat
begini,menjadi ulama dan bahkan dicalonkan menjadi menteri pertanian karena
dulunya abang hidup menderita. Akupun jadi begini karena didikan abang yg
dulunya menderita. Karena pernah mengalami penderitaan itulah maka abang
menjadi seperti ini. Karena dipisahkan dari orang tua,abang menjadi mandiri dan
mampu menggantikan ayah ketika ayah tiada. Aku tak yakin Amru,anakku yg saat
ini berusia 16 tahun akan bisa menjadi
struggle dan menolong aku,seperti halnya abang dulu menolong ibu,bila Amru
masih ada dalam ketiak aku, ibunya.
“Ayampun lepas dari ibunya dan disuruh cari
cacing sendiri,sehingga mereka cepat dewasa dan bisa cepat dipotong,” pikirku
geli sambil membayangkan si petok yg bertelur 8 hari ini.
“ Sabili,5 mei 2011”
“Myla”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar