Kondisi Daerah
A. Gambaran Umum Daerah
Kondisi Geografis
Secara geografis Kabupaten Gorontalo terletak pada
koordinat 121º59’‐ 123º02’
BT dan 0º24’‐1º02’ LU dengan luas wilayah ±
1.846,40 Km² terbagi dalam
17 Kecamatan dan 168 desa/kelurahan. Batas‐batas administrasi Kabupaten
Gorontalo adalah sebagai berikut :
sebelah Utara Kabupaten Gorontalo Utara,
sebelah Timur Kabupaten Bone Bolango dan Kota
Gorontalo
sebelah Barat Kabupaten Boalemo, dan
sebelah Selatan Teluk Tomini.
Gambar 1.1
Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Gorontalo
Kondisi Tofografi,
Sebagian besar wilayah Kabupaten Gorontalo datar,
perbukitan rendah dan dataran
tinggi, tersebar pada ketinggian 0 – 2000 M di atas permukaan laut. Sementara keadaan topografi
didominasi oleh kemiringan 15 – 40º (45 – 46%) dengan jenis tanah yang sering mengalami erosi.
Kondisi dan struktur utama geologi
Pemerintah Kabupaten Gorontalo
KEBIJAKAN UMUM APBD PERUBAHAN 2008
adalah patahan yang berpotensi menimbulkan gerakan
tektonik sehingga menyebabkan
Kabupaten Gorontalo rawan bencana alam seperti gempa bumi, gerakan tanah, erosi,naborasi dan gelombang pasang
serta pendangkalan dan banjir. Ketinggian lahan di Kabupaten Gorontalo terdiri
dari 0‐15m seluas 1,54%, 25‐50m seluas 24%, 100‐500m seluas 42,52% 500‐100m
seluas 18,92% dan diatas 1000m seluas 13,03%.
Kondisi Hidrologi
Aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Gorontalo
berjumlah 52 buah sungai besar
dan kecil sehingga merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air dan energi. Sumber air
untuk keperluan penduduk sehari‐hari
disuplai melalui
PDAM dan sebagian besar masih mengunakan air tanah dangkal dan sumur dan masih terdapat penduduk yang
menggunakan air sungai yang memenuhi kebutuhan sehari‐hari
Kondisi Klimatologi
Iklim di wilayah Kabupaten Gorontalo termasuk dalam
tipe C (menurut Schmit dan
Fergoson) dengan curah hujan setiap tahun rata‐rata 1500 mm/tahun dengan temperatur udara rata‐rata 31,8 o C dengan temperatur maksimum 32,9 o C. Temperatur tertinggi terjadi pada
bulan Mei dan temperatur terendah yaitu pada bulan Agustus yaitu 22, 8o C.
B. KEMAJUAN YANG DICAPAI
Indikator Ekonomi
Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Gorontalo
diarahkan untuk mencapai
pertumbuhan yang stabil, menjamin pemerataan dan mendorong perluasan kesempatan berusaha
sehingga secara simultan juga akan mengurangi kemiskinan. Hasil dari upaya yang konsisten untuk
tetap berada pada kerangka tersebut menunjukkan perkembangan yang cukup
membanggakan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 sebagai tahun pertama RPJMD,
Pendapatan Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Gorontalo sebesar Rp. 600.871,94 juta, mengalami pertumbuhan sebesar 7,20% pada tahun 2006
dengan nominal Rp. 644.123,40 juta, dan pada tahun 2007 nilai PDRB Kabupaten
Gorontalo berjumlah Rp. 692.133,73 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,45%.
Pemerintah Kabupaten Gorontalo
KEBIJAKAN UMUM APBD PERUBAHAN 2008
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang tergambar
melalui PDRB, PDRB per
kapita juga menunjukkan kecenderungan positif. Pada Tahun 2006 PDRB per kapita Kabupaten Gorontalo
sebesar Rp. 1.904.897 per tahun, pada tahun 2007 menjadi Rp. 2.045.427 per tahun. Rincian
pertumbuhan PDRB dan PDRB per kapita Kabupaten Gorontalo Tahun 2006‐2007 ditunjukkan dengan Tabel I.1
Tabel I.1
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2006‐2007
Indikator 2006 2007
Pertumbuhan Ekonomi (%) 7,20 7,45
PDRB (Juta Rupiah) 644.123,40 692.133,73
PDRB Perkapita (Rupiah) 1.904.897 2.045.427
Sumber BPS & Bappeda Kab. Gorontalo
Indikator Kesehatan
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat
dan kualitas sumber daya manusia serta mutu kehidupan agar terwujud masyarakat yang maju, mandiri,
produktif, sejahtera lahir batin menuju peradaban yang madani dalam menghadapi persaingan global. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
dibidang kesehatan dilihat dari Umur Harapan Hidup pada saat lahir, Angka Kematian Ibu,
Angka kematian Bayi dan Balita
dan Status Gizi. Upaya pencapaian IPM yang tinggi
di Kabupaten Gorontalo merupakan
upaya pembangunan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Wujud nyata dari komitmen Pemerintah
Daerah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih tinggi yang menjadi sasaran
pembangunan bidang kesehatan antara lain :
♦ Peningkatan aksesbilitas sarana kesehatan dan mutu
pelayanan
♦ Pengembangan Program Desa Sehat
♦ Perbaikan Status Gizi Masyarakat
Dari pelaksanaan sasaran pembangunan diatas yang
didukung dengan sumberdaya
yang ada, baik tenaga kesehatan, sarana dan prasarana maupun pembiayaan, maka salah satu
keberhasilan pembangunan kesehatan di Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada peningkatan indikator
derajat kesehatan seperti pada tabel berikut ini :
Pemerintah Kabupaten Gorontalo
KEBIJAKAN UMUM APBD PERUBAHAN 2008
Tabel I.2
Derajat Kesehatan Kabupaten Gorontalo
Tahun 2005 – 2007
NO INDIKATOR
CAPAIAN
2005 2006 2007
1 Jumlah Kematian Ibu 17 42 18
2 Jumlah Kematian Bayi 54 143 126
3 Jumlah Kematian Balita 29 64 49
4 Jumlah Kematian Kasar 1.321 1.353 1.378
5 Umur Harapan Hidup 68,7 69,3 70,1
6 Jumlah Balita Gizi Buruk 368 311 596
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo
Indikator Pendidikan
Keunggulan sumber daya manusia dari segi kuantitas
hendaknya dibarengi dengan keunggulan dari segi kualitas. Ketersediaan sarana
pendidikan dan biaya pendidikan yang mudah dijangkau oleh masyarakat sangat berpengaruh
terhadap output pendidikan dari segi kualitasnya. Dalam merumuskan program
pendidikan di Kabupaten Gorontalo dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai faktor
secara sistematika yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekeuatan (Strengths)
dan peluang (Opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Berdasarkan indentifikasi dari
berbagai faktor melalui analisis swot tersebut diatas, mendasari analisa kebijakan dan pengambilan
keputusan yang menjadi sasaran pembangunan pendidikan di Kabupaten Gorontalo untuk
menciptakan pendidikan terjangkau
dan bermutu menuju kabupaten cerdas 2015. Adapun capaian indikator pembangunan pendidikan di
Kabupaten Gorontalo selang tahun 2005 – 2007 seperti pada tabel di bawah ini :
Pemerintah Kabupaten Gorontalo
KEBIJAKAN UMUM APBD PERUBAHAN 2008
Tabel 2.2
Indikator Pemerataan Pendidikan Dasar dan Menengah
Tahun 2005 ‐ 2007
No Indikator 2005 2006 2007
1. APK
SD+MI 104,24 114,42 114,71
SMP+MTs 68,36 71,84 72,03
SM+MA 31,45 33,34 33,42
2. APM
SD+MI 89,67 94,08 94,32
SMP+MTs 45,32 53,35 53,49
SM+MA 21,40 24,21 24,28
Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Gorontalo
2008
Indikator Pertanian
Sektor pertanian hingga saat ini masih tetap
merupakan basis utama pembangunan
daerah. Keunggulan sektor pertanian di Kabupaten Gorontalo dapat dilihat dari penyerapan
tenaga kerja yang mencapai 67,00 % dari lapangan usaha yang ada. Demikian pula dalam dalam indikator
perekonomian daerah, sektor
pertanian memberikan kontribusi 48,79 % dari PDRB kabupaten Gorontalo. Alasan mendasar sektor pertanian
menjadi fokus pembangunan adalah walaupun sektor pertanian menyerap sebagian besar tenaga
kerja dan mempunyai kontribusi
yang besar terhadap PDRB. Dari segi produktivitas juga mengalami kenaikan untuk sektor pertanian
dengan capaian sasaran produksi pada tahun 2007 sebagai berikut :
Jagung 96.477,90 Ton
Padi 86.855,18 Ton
Kedelai 163,63 Ton
Perikanan :
Perikanan Tangkap 5.131,6 Ton
Perikanan Budidaya 454,9 Ton
Pemerintah Kabupaten Gorontalo
KEBIJAKAN UMUM APBD PERUBAHAN 2008
Peternakan :
Sapi 63.194 Ekor
Kambing 34.407 Ekor
Ayam 330.069 Ekor
Itik 8.238 Ekor
Indikator Fisik Prasarana (Infrastruktur)
Peningkatan prasarana dasar merupakan bagian dari
pelayanan umum yang
harus disediakan Pemerintah dan tentunya dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Aksebilitas
pelayanan infrastruktur masih merupakan masalah yang dihadapi pada masa‐masa yang akan datang. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur yang
direncanakan dengan menganut konsep pengembangan wilayah harus menjadi prioritas karena
secara langsung akan mempengaruhi
percepatan dan kesinambungan pembangunan, terutama pada beberapa sektor potensial besar
antara lain pertanian dan perikanan serta pariwisata.
Di sektor transportasi, percepatan pembangunan
infrastruktur ditujukan untuk
lebih meningkatkan pelayanan secara efisien, handal, berkualitas, aman dan terjangkau serta untuk mewujudkan
sistem transportasi daerah yang terpadu secara intermoda dengan pembangunan wilayah serta
sektor lainnya. Terintegrasinya
tiga moda angkutan yang dijadikan andalan untuk kondisi geografis di Kabupaten Gorontalo
yaitu darat, laut dan udara akan meningkatkan sinergitas kegiatan pembangunan secara lebih cepat.
Ketersediaan sarana transportasi darat yang belum memadai
menjadi perhatian
pemerintah daerah saat ini, sehingga upaya‐upaya kebijakan yang diambil tentunya dalam rangka pemerataan hasil‐hasil pembangunan, yaitu dengan tercapainya keseimbangan
antara perkotaaan dan pedesaan, sehingga masyarakat desa tidak terisolasi serta hasil‐hasil produk pertaniannya dapat terakses dengan baik dan lancar,
tentunya dengan ketersediaan infrastruktur berupa fasilitas jalan dan jembatan. Jalan raya di
Kabupaten Gorontalo sampai
pada akhir tahun 2007 sepanjang 1.315,18 Km, dari
jumlah tersebut hanya 24,17% yang berada dalam kondisi baik, sedangkan yang
67,03% rusak berat dan 8,79% rusak ringan. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi
perkembangan daerahdaerah terisolasi.
Begitupun ketersediaan sarana transportasi pada wilayah
Pemerintah Kabupaten Gorontalo
KEBIJAKAN UMUM APBD PERUBAHAN 2008
perairan khususnya antar pulau dengan pelabuhan
yang masih bersifat darurat serta ketersediaan sarana transportasi perhubungan
udara, pos dan telekomunikasi
yang belum memadai menjadi perhatian pemerintah daerah saat ini yang penanganannya oleh SKPD
pada sektor perhubungan dan ke PU‐an. Sementara
dalam masalah penataan perumahan dan pemukiman yang penanganannya pada SKPD sektor ke
PU‐an, juga dirasakan belum optimal sehingga upaya‐upaya pembangunan baik gedung‐gedung sarana pemerintah dan
sosial, perumahan maupun penataan taman agar
disesuaikan dengan tata ruang yang ada baik peruntukannya maupun kesesuaian
penempatannya sehingga terwujud
bangunan yang teratur, layak huni dan layak pakai dengan penyediaan prasarana dasar lainnya seperti
air bersih dan kelistrikan serta telepon yang memadai terutama bagi masyarakat miskin. Selain infrastruktur
transportasi, salah satu infrastruktur wilayah yang sangat menunjang sektor pertanian
di Kabupaten Gorontalo adalah infrastruktur pengairan yang juga belum memadai sehingga
penanganan sarana prasarananya masih terus dikembangkan melaui SKPD sektor ke PU‐an dengan perbaikanperbaikan dan pemeliharaan pada sarana
pengairan dan irigasi yang telah ada.
Permasalahan dan Hambatan
A. Permasalahan
Dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat
dengan indikator angka kemiskinan
maka keluarga miskin pada tahun 2007 angka kemiskinan 25,56%, mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2006 yang mencapai 34,12%. Berkurangknya angka kemiskinan ini diakibatkan oleh
konsistenya pemerintah Kabupaten
Gorontalo untuk penanggulan kemiskinan melalui program/kegiatan lintas SKPD yang melibatkan
masyarakat miskin itu sendiri (Pemberdayaan Masayarakat Miskin). Disamping masalah kemiskinan, pengangguran juga
menjadi masalah serius untuk
ditanggulangi. Pada tahun 2006 jumlah pengangguran 16,31 %, menurun menjadi 12,78 % pada tahun 2007.
Masih tingginya jumlah pengangguran ini diakibatkan oleh prosentase kenaikan jumlah
penduduk yang semakin meningkat dan belum seimbang dengan ketersediaan lapangan
kerja dan peningkatan ketrampilan
kerja. Orientasi lapangan kerja yang diharapkan lebih cenderung kepada lapangan kerja formal
seperti instansi pemerintah maupun swasta.
Pemerintah Kabupaten Gorontalo
KEBIJAKAN UMUM APBD PERUBAHAN 2008
Hal tersebut diatas dapat menjadi permasalahan yang
krusial, karena dengan
adanya kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak dunia yang mencapai angka diatas $ 120 per barel, dimana
negara kita bukan lagi pengekspor minyak tetapi sudah menjadi pengimport minyak bumi. Kondisi ini
berimplikasi langsung terhadap
masyarakat khusunya bagi keluarga miskin.
B. Hambatan yang Dihadapi Pada Tahun 2008
Dalam rangka pengentasan kemiskinan, penciptaan
lapangan kerja, peningkatan
sumber daya manusia dan peningkatan produksi dan produktifitas pertanian sampai dengan triwulan
II tahun 2008 upaya-upaya yang telah dilaksanakan adalah menciptakan keterpaduan program
antar sektor dan antar SKPD
dengan menetapkan sasaran yang terukur sebagai kontrak kinerja SKPD, Camat dan Kepala Desa / Lurah.
Salah satu hambatan dalam pelaksanaan untuk mencapai target yang ditetapkan adalah sumber
pembiayaan yang terbatas utamanya
dari sumber dana APBD. Langkah yang ditempuh mengatasi kendala tersebut adalah mengupayakan
mencari sumber pembiayaan lainnya diantaranya dengan mengoptimalkan peran swasta termasuk
partisipasi masyarakat. Kendala sumber pembiayaan pembangunan masih terus berlanjut
sampai dengan triwulan II tahun
2008. Oleh karena itu upaya untuk pengalokasian anggaran dilakukan seefektif dan seefisien mungkin
dengan mengedepankan program – program prioritas dalam APBD Perubahan Tahun 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar